Pengertian diyat
Diyat adalah sejumlah harta yang
dibayarkan sebagai ganti rugi atas jiwa yang hilang. Hal ini berlaku bila
keluarga terbunuh memaafkan, bila tidak memaafkan terkena hukuman qishas
(pembunuhan sengaja).
Adapun
syarat-syarat diyat ialah:
1. Yang terbunuh itu orang Islam
2. Merdeka
3. Ma’sum (terjaga haknya)
Rincian
diyat:
1. Diyat anggota badan:
a. 100 ekor unta untuk anggota badan yang
berpasangan dan keduanya rusak.
b. 50 ekor unta untuk anggota badan yang
berpasangan dan rusak salah satu.
c. 33 ekor unta untuk luka kepala sampai
otak, badan sampai keperut, sebelah tangan yang sakit kusta dan gigi yang
hitam.
2. Diyat anggota badan yang tidak vital
sesuai keputusan hakim
3. Diyat Yahudi dan Nasrani sepertiga diyat
muslim
4. Diyat janin sepersepuluh diyat ibunya,
yaitu sepuluh ekor unta
B. Beberapa hadist yang menerangkan tentang
diyat
وعن ابن عمر رضى الله
عنهما عن الني صلى الله عليه وسلم قال :( ان اعتى الناس على الله ثلا ثة : من قتل فى حرم الله , او قتل غير قاتله او قتل لذ
حل الجاهلية ) اخرجه ابن حبا ن فى حديث صححه
Dari Ibn Umar (r.a)
daripada Nabi (s.a.w) bahwa baginda bersabda:“Manusia yang paling membangkang
kepada Allah ada tiga kumpulan; pertama, orang yang melakukan pembunuhan di
tanah haram; kedua, seseorang yang membunuh orang yang tidak membunuh mangsa;
ketiga, orang yang membunuh kerana balas dendam ketika masa jahiliah.”
(Diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam hadis yang dinilai sahih dan aslinya ada di
dalam Sahih al-Bukhari dari pada Ibn ‘Abbas: 1209).
Asbabul wurud dari hadist tersebut
adalah Bani Bakar yang menyerang Bani Khuzaah. Padahal diantar mereka telah ada
perjanjian damai di tanah haram. Mendengar hal tersebut akhirnya nabi
menetapkan bahwa perdamaian damai ditetapkan kecuali atas dua kabilah tersebut.
Kemudian nabi menyadarkan hadist tersebut.
Kandungan
hukum dari hadist tersebut adalah
1. Pembunuhan yang dilakukan di tanah haram
lebih kuat hukumannya, hal ini karena ada dua pelanggaran yaitu membunuh
manusia itu sendiri dan melanggar aturn di tanah haram. Menurut Imam Syafi’I
hukuman dari pelanggaran di atas adalah diyat mugholadzoh.
2. Membunuh orang tidak bersalah (membunuh)
adalah dosa besar.
3. Dan demikian juga karena balas dendam
dan permusuhan di masa lampau adalah dosa besar.
وعن
عبد الله بن عمر وبن العاص رضى الله عنهما ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال (
الا ان دية اخطاء وشبه العمد , ماكان با لسوط والعصا , مائة من الا بل , منها
اربعون فى بطونها اولادها ) اخرجهاابوداودوالنساءى وابن ماجه,وصححه ابن حبان
Dari Abdulah
bin ‘Amr bin al-‘Ash (r.a) bahawa Rasulullah (s.a.w) bersabda: “Ingatlah bahawa
diyat pembunuhan silap dan pembunuhan mirip sengaja yang menggunakan cemeti dan
tongkat adalah seratus unta, di mana empat puluh daripadanya mengandung anak
dalam perutnya.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Nasa’i dan Ibn Majah dan
dinilai sahih oleh Ibn Hibban:1210).
Hadist tersebut menjelaskan tentang
jenis pembunuhan tersalah dan pembunuhan seperti sengaja yang menggunakan
cambuk dan tongkat adalah 100 ekor unta yang 40 ekor diantaranya adalah sedang
hamil. Dapat diambil kesimpulan, bahwa pembunuhan tersebut memakai senjata,
sehingga pembunuhan yang memiliki ciri-ciri serupa dikategorikan hukumnya
sesuai hadist itu.
و
عن ابن عباس عن النبى صلى الله عليه وسلم قال ( هذ ه و هذه سوا , يعنى الخنصر
والاءبها م ) رواه البخارى ولابى داود والتر مذى : ( دية الاصا بع سوا , والا سنا
ن سوا , الثنية والضرس سو ) ولابن حبان ( دية اصا بع اليدين والرجلين سوا ,عشرة من
الابل لكل اصبع )
Dari Abdullah
bin ’Abbas (r.a) Rasulullah (s.a.w),
baginda bersabda: “Ini dan ini sama, yakni kelingking dan ibu jari.”
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari. Sedangkan riwayat Abu Dawud dan al-Tirmizi
berbunyi: “Diyat seluruh jari itu sama, seluruh gigi itu sama, sama ada geraham
ataupun gusi.” Sedangkankan lafaz Ibn Hibban pula berbunyi: “Diyat jari kedua
tangan dan kedua kaki itu sama; yaitu sepuluh ekor unta untuk setiap satu jari;1211.
Hadist ini menjelaskan keumuman
hukumnya atau tidak ada istisna(semua gigi itu sama). Demikian juga untuk jari
tangan dan jari kaki. Walaupun pada prakteknya ada jari yang lebih sering
dipakai tetapi hal itu tidak bisa
mengubah ketentuan hukum.
وعنه
ان النبى صلى الله عليه وسلم قال ( فى المواضع خمس , خمس , من الابل ) رواه احمد
والاربعة , وزاد احمد ( ولأ صابع سوا , كلهن عشر , عشر , من الابل ) وصححه ابن
خزيمة وابن الجارود
Dari Amr bin
Syu’aib bahawa Rasulullah (s.a.w) bersabda: “Pada luka yang menyebabkan
kelihatan tulang wajib dibayar dengan lima ekor unta.” (Diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dan al-Arba’ah dan Imam Ahmad menambahkan: “Seluruh jari itu sama;
semuanya wajib dibayar dengan sepuluh ekor unta.” Ia dinilai sahih oleh Ibn
Khuzaimah dan Ibn al-Jarud: 1213).
Hadist ini hampir sama maksudnya dengan
hadist sebelumnya tetapi pada hadist ini ada keterangan tentang besarnya diyat
dan ada keterangan tentang perbuatan yang menyebabkan luka yang tampak tulangnya. Hadist ini mempunyai kandungan
hukum yang bersifat umum. Hal ini tampak dari susunan kalimat awalnya yang
berupa khobar muqaddam dan mubtada muakhar,sehingga berdasarkan hadit ini semua
orang yang terkena diyat sebagaimana hadist tersebut.
وعن عمر وبن شعيب عن
أبيه عن جده رضى الله عنهم رفعه قال ( من تطبب ولم يكن با لطب معر وفا فأ صاب نفسا فما دونها , فهو ضامن )
أخرجه الدار قطنى وصححه احاكم , وهو عند أبى داود والنساءى وغيرهما,الاان من أرسله
اقوى ممن وصله
Diriwayatkan
daripada ‘Amr bin Syu’aib daripada ayahnya daripad datuknya dalam hadis marfu’
bahawa Rasulullah (s.a.w) bersabda: “Barangsiapa yang memaksakan diri
melakukan praktik kesehatan sedangkan dia tidak mempunyai kepakaran dalam ilmu
perubatan lalu akibat perbuatannya itu merugikan nyawa atau anggota tubuh
pesakit, maka orang itu wajib bertanggungjawab atas perbuatannya.”
(Diriwayatkan oleh al-Daruquthni dan dinilai sahih oleh al-Hakim. Hadis ini
turut diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Nasa’i dan lain-lain, namun ulama yang
menilai hadis ini mursal lebih kuat berbanding yang menilai hadis mawsul:
1212).
Hadist ini menjelskan hal yang
istimewa, yaitu kesalahan dalam bidang kedokteran. Menurut Jumhurul ‘Ulama’
bila kesalahan itu terjadi tidak secara langsung, maka ia tidak terkena
tuntutan, tetapi bila terjadi secara langsung maka ia bisa dituntut, tapi
itupun ditnggung oleh keluarganya. Kecuali bila si dokter tersebut memang tidak
mempunyai kemampuan mengobati sesuai ilmu kedokteran, mkaa ia wajib menanggung
semua resiko kesalahnnya. Pendapat ini dikeluarkan oleh Jumhurul Ulama’.
Menurut Abu Hanifah: “orang yang melakukan kesalahan tidak sengaja tidak
terkena diyat”. Menurut Al-Syafi’I kasus ini ditafshil, bila disebabkan
kesalahan atau kelalaian dokter, ia terkena diyat sesuai kesalahannya dan
ditanggung sendiri, bukan oleh keluarganya. Sedangkan bila kasus itu memang
diluar kesengajaan, maka ia terkena tuntutan.
KESIMPULAN
1. Diyat adalah sejumlah harta yang
dibayarkan sebagai ganti rugi atas jiwa. Hal ini berlaku bila keluarga
memaafkan. Bila tidak memaafkan terkena hukuman qishash (pembunuhan sengaja).
2. Jenis pembunuhan tersalah dan pembunuhan
seperti sengaja yang menggunakan senjata diyatnya 100 ekor unta yang 40 ekor
diantaranya sedang hamil.
3. Kesamaan untuk diyat jari-jari. Walaupun
dalam penggunaannya tidak sama, adalah 10 ekor unta untuk setiap satu jari.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Labib Mz dan Harniawati. 2006. Risalah
Fiqh Islam : Berkiblat pada Ahlussunah Wal Jamaah. Bintang Usaha Jaya :
Surabaya.
2. Muhammad bin Ismail al-Kahlaniy dan
Ash-Shan’aniy. Subulus Salam Juz 3. Hidayat. Surabaya.
3. Zainudin bin Abdul Azis al-Mulaibariy.
Fathul Muin. Karya Toha Putra. Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar